Sambil
menanak nasi, istri saya kelihatan murung. Perkiraan saya, mungkin itu
dikarenakan pagi ini kami tak mampu membelikan susu formula buat anak gadis
kami yang masih berusia 11 bulan. Sehingga, ketika istri memasak nasi, saya
anjurkan untuk melebihkan air dari biasanya. Agar ketika air yang bercampur
beras sudah mendidih, TAJIN-nya dapat diambil untuk menggantikan susu formula
anak kami.
Ah,
saya kok jadi teringat dengan penyanyi balada Iwan Fals yang dulu getol banget
mengkritik penguasa lewat lagu-lagunya. Bahkan, saking tenarnya nama dia,
sewaktu SMP saya sempat membeli empat buah poster bergambar wajahnya, lalu saya
tempelkan didinding kelas. Alhasil,
sebab itu saya dimarahi kepala sekolah, wali kelas, dan guru-guru.
Sampai-sampai orang tua saya dipanggil ke sekolah lantaran masalah tersebut.
Tapi
setelahnya, saya tetap tak kapok. Bahkan ketika SMA, saya malah semakin
keranjingan dengan sosok Iwan Fals. Gambar dan kasetnya seabrek numpuk dikamar
dekil saya. Tapi sayangnya, satu kalipun saya tak pernah secara langsung
melihat beliau. Padahal, waktu itu saya punya satu keinginan jika ketemu dia.
Tak muluk-muluk kok, saya hanya pengin masukin kentutnya didalam botol bekas
air mineral, lalu saya pamerkan pada teman-teman saya. “Ini loh, kentut orang
terkenal,”
Tapi
itu semua tempo dulu. Karena faktanya, Kang Iwan idola saya, sekarang jarang
nongol diteve. Kalau pun nongol, jarang ia melantunkan lagu cabe rawit dengan
rasa pedasnya. Saya jadi Suudzon, jangan-jangan harga susu bayi jadi tinggi disebabkan
Kang Iwannya yang tak pernah lagi nongol di Teve sambil nyanyi BBM naik tinggi
susu tak terbeli.
“Ini
pak susu-nya kasih ke Adek,” Istri tiba-tiba memanggil dan membuyarkan lamunan saya
tentang masa dulu. “Iya, bu.” kata saya sambil menerima Dot Susu Formula Cap
Air Beras dari tangan istri yang kemudian saya sodorkan ke mulut anak kami yang
sedari tadi mengemut-emut jempol tangan kanannya. Awalnya, ia doyan. Tapi beberapa detik
kemudian ia seperti merengek. Mungkin saja, ia berpikir bahwa rasa susu dalam
DOT kali ini agak beda dengan susu biasanya.
Benar
saja, setelah itu, ia menangis, meraung bahkan. Berbagai taktik dan strategi saya
lakukan agar ia mau memasukkan Dot kemulutnya, tetapi situasi dan kondisi tetap
saja tak berubah, malah ia tambah membesarkan volume tangisnya. Sehingga,
dengan terpaksa sang istri pun turun tangan. Alhamdulillah, akhirnya istri saya
mampu merayu-paksa anak kami buat meminum susu air beras tersebut. Sekilas,
terlihat seperti ada air yang keluar dari mata istri saya.
Ah,
kasihan sekali istriku. Ia menangis sebab kupaksa menyudahi tangis lapar anakku
dengan AIR TAJIN serupa susu.
Tapi
saya masih bersyukur, sebab saya yakin, tangis anak-istri saya berbeda dengan
Tangis AHOK. Beda banget.
No comments:
Post a Comment
Hindari Komentar yang mengandung Spam, P*rn* dan SARA.