Ilustrasi |
Artikel Parenting_ Mendidik anak agar si anak dapat berkembang
menjadi pribadi yang lebih baik, memang bukan hal yang gampang. Sebagian orang
tua, mungkin, tanpa sadar sering mengeluarkan kata-kata ancaman kepada anak,
dengan maksud agar si anak mampu berdisiplin serta menuruti kehendak orangtua. Walau cara
ini bisa berhasil, tapi seringkali anak tidak mempan lagi diancam.
Sebagaimana di lansir dari lampung.tribunnews,com, Psikolog dari
Universitas Tarumanegara Naomi Soetikno, M.Pd, Psi, menyatakan bahwa pola asuh yang
suka mengancam dan menakut-nakuti tersebut memang seringkali dilakukan
orangtua. “Kebiasaan itu merupakan hasil dari masa penjajahan.” Terangnya.
Lebih lanjut, ia juga mengemukakan, banyak orangtua yang
menganggap pola pendidikan reward and punishment adalah yang terbaik. Tetapi
kini pendekatan seperti itu sudah mulai ditinggalkan. Anak yang
sering diancam atau ditakut-takuti bisa tumbuh menjadi anak yang penakut,
peragu, serta memiliki kepercayaan diri rendah.
“Usia 2-12 tahun adalah periode yang paling menentukan pada
perkembangan aspek emosional anak. Ini karena pada periode ini merupakan masa
pembentukan ego dan self-esteem. Anak menyerap banyak informasi tetapi belum
punya keterampilan untuk menata atau memilih pengalaman itu. Sehingga semua
terekam, termasuk yang negative.” Paparnya
Naomi juga menjelaskan, saat ini pola asuh yang banyak dipakai
adalah positif psikologi. "Jadi lebih banyak memberikan komentar-komentar
positif dalam berbagai situasi," katanya.
Ia mengakui tak mudah selalu memberi komentar positif.
"Memang perlu latihan untuk berpikir dan berucap positif," ujar
psikolog yang sedang melanjutkan studinya ke jenjang doktoral ini.
Alih-alih hanya menjadi "mandor" yang cuma main
perintah pada anak, Naomi menyarankan agar orangtua memperbanyak kebersamaan
dengan anak. "Kalau melihat kamar anak berantakan, dari pada teriak-teriak
menyuruh anak membereskan, lebih baik ajak anak membereskannya
bersama-sama," katanya.
Setelah anak melakukan hal yang baik, beri anak apresiasi dengan
penekanan pada sebab dan akibatnya. Misalnya, setelah kamar bersih dan rapi,
sampaikan bahwa kalau sudah bersih kamar jadi lebih terang sehingga membaca pun
lebih enak.
Hindari memberi hadiah jika anak berperilaku baik karena anak
akan berpikir semua kesalahan bisa dikompensasi dengan hadiah, atau secara
tidak langsung mengajarkan anak "budaya nyogok".
Demikian, Info Lampung Blogging terkait parenting. Ikuti terus LAMPUNG BLOGGING dan dapatkan info menarik lainnya. Semoga bermanfaat. SALAM BLOGGING
No comments:
Post a Comment
Hindari Komentar yang mengandung Spam, P*rn* dan SARA.