ARTIKEL PARENTING LAMPUNG BLOGGING _Tak dipungkiri, bahwa saat ini telah terjadi
pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat. Anda boleh lihat kiri-kanan. Anda juga bisa melakukan survei ke
sekolah-sekolah. Anda boleh lakukan riset dengan wawancara mendalam. Telitilah
dengan cermat, kondisi pergaulan anak-anak dan remaja zaman sekarang.
Penyalahgunaan narkoba, Free sex, pesta, dugem dan lain-lain, sepertinya
hal-hal semacam itu sudah menjadi pemandangan lumrah dan umum bagi sebagian
orang.
Membahas
permasalahan remaja, tentu tak bias dilepaskan dari pengertian remaja itu
sendiri. Secara sederhana, remaja merupakan sosok individu yang sedang mencari
jati diri. Dimana pencarian jati diri
tersebut, kerap di tunjukkan dengan perasaan ingin mencoba terhadap sesuatu hal
yang baru. Dan disini, peran lingkungan tentu memiliki pengaruh yang sangat
signifikan bagi perkembangan mereka. Namun, sebagai tempat sosialisasi primer,
keluarga juga memiliki peran aktif dalam membentuk prilaku anak.
Tahun 2008, Komisi Nasional Perlindungan Anak (KNPA)
melakukan survai terhadap siswa-siswi tingkat SLTA dan SLTP di 33 provinsi
mengenai pacaran. Hasilnya pun sangat mengejutkan. KNPA
menyebut sebanyak 97% siswa SMP dan SMA pernah menonton film Porno. Sementara
disisi lain, anak-anak usia pelajar tersebut pun menyatakan bahwa saat
berpacaran, sebanyak 93,7%. Pernah melakukan ciuman, masturbasi, dan oral seks.
Tercatat juga, Siswi SMP yang sudah
tidak perawan tercatat 62,7%, dan yang pernah aborsi mencapai 21,2%.
Tak kalah mengejutkan lagi, empat tahun kemudian atau tepatnya pada Tahun 2012, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) melalui penelitian yang dilakukannya menyatakan, bahwa beberapa remaja kerapkali melakukan hubungan seks pranikah di rumah orang tuanya sendiri. Remaja-remaja ini rupanya tahu persis kapan orang tua mereka pergi dan kapan pulangnya. Mereka melakukan di rumah mungkin karena belum cukup uang atau tak berani untuk melakukannya di hotel atau losmen. Selain itu, karena kedua orang tua bekerja, di rumah hanya ada si Mbak, sementara kontrol sosial semakin longgar.
Harus kita akui, bahwa gaya pacaran remaja masa kini memang kelewat “merdeka”. Pegangan tangan, ciuman, pesta, dan bahkan berhubungan layaknya suami istri, sudah bukan hal baru lagi dikalangan remaja. Sebagaimana di kutip dari portal pojoksatu,id, Baru-baru ini (Agustus 2015), Tim Riset Badan Penelitian dan Pengembangan (Bandiklat) Kaltim Post mengadakan survai dengan melakukan penelitian bertema pacaran terhadap remaja berusia 15–20 tahun. Hasilnya, 16 persen dari total responden di Balikpapan mengaku pertama kali berpegangan tangan dengan kekasihnya pada usia sembilan tahun atau masih SD. Responden lain, pada usia 15 tahun sudah berhubungan badan.
Tak kalah mengejutkan lagi, empat tahun kemudian atau tepatnya pada Tahun 2012, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) melalui penelitian yang dilakukannya menyatakan, bahwa beberapa remaja kerapkali melakukan hubungan seks pranikah di rumah orang tuanya sendiri. Remaja-remaja ini rupanya tahu persis kapan orang tua mereka pergi dan kapan pulangnya. Mereka melakukan di rumah mungkin karena belum cukup uang atau tak berani untuk melakukannya di hotel atau losmen. Selain itu, karena kedua orang tua bekerja, di rumah hanya ada si Mbak, sementara kontrol sosial semakin longgar.
Harus kita akui, bahwa gaya pacaran remaja masa kini memang kelewat “merdeka”. Pegangan tangan, ciuman, pesta, dan bahkan berhubungan layaknya suami istri, sudah bukan hal baru lagi dikalangan remaja. Sebagaimana di kutip dari portal pojoksatu,id, Baru-baru ini (Agustus 2015), Tim Riset Badan Penelitian dan Pengembangan (Bandiklat) Kaltim Post mengadakan survai dengan melakukan penelitian bertema pacaran terhadap remaja berusia 15–20 tahun. Hasilnya, 16 persen dari total responden di Balikpapan mengaku pertama kali berpegangan tangan dengan kekasihnya pada usia sembilan tahun atau masih SD. Responden lain, pada usia 15 tahun sudah berhubungan badan.
Melihat fenomena diatas, sudah tentu sebagai orang
tua, kita perlu mawas diri terhadap prilaku remaja yang salah satunya mungkin
adalah buah hati kita agar tidak terjerumus pada kondisi negative tersebut.
Sebagaimana
dikutip dari situs pesona,co,id, Psikolog UI, Yudiana
Ratna Sari, M.Si, menyatakan bahwa jika
ditelusuri cermat, sebenarnya pergeseran nilai tersebut dimulai dari dalam
keluarga. “Salah satu contoh kecil adalah,
zaman saya kecil, untuk mendapatkan sepatu baru harus mendapat nilai
bagus dulu, lalu menunggu sampai ayah gajian. Tidak serta merta mendapatkan
yang dimau merupakan bagian dari pengendalian diri. Sekarang anak-anak dengan
mudah mendapatkan apa saja, bahkan yang tidak mereka perlukan, karena orang tua
sekarang mau gampangnya saja," papar Sari. Padahal, kemampuan
mengendalikan diri pada anak -termasuk tidak mengumbar nafsu- sangat dibutuhkan
untuk mencegah perilaku seks bebas pada remaja. Nah, sudahkah kita mengajarkan
nilai itu?
Lalu bagaimana cara mendidik anak agar tidak
terjerumus pada lingkungan pergaulan bebas yang negative. Simak penjelasan berikut sebagaimana
dilansir dari Familyshare.
Kecanggihan teknologi hingga pengamanan selama 24
jam penuh rupanya tidak cukup untuk memagari anak agar tidak terjebak akan
pergaulan bebas. Teknologi sebagai sistem keamanan seperti CCTV di rumah memang
diharapkan dapat membantu orangtua agar anak terhindar dari bahaya dan anak
tidak bisa keluar rumah pada malam hari. Sehingga remaja tidak terjerumus
pergaulan bebas.
Namun, agar hal itu
berhasil sejujurnya perlindungan yang sebenarnya adalah bagaimana cara orangtua
mendidik dan membesarkan anak. Berikut tips agar anak tidak terjerumus dalam
pergaulan bebas,:
Selektif memilih lingkungan bergaul
Anak perlu diajari
bagaimana mencintai dan menunjukkan rasa hormat kepada semua orang, tetapi
ingatkan juga kalau mereka harus sangat selektif saat memilih lingkungan untuk
bergaul. Bukan berkaitan pada popularitas, tetapi terkait dengan kekuatan
karakter akan terbentuk dari teman-teman dekat.
Jangan ada sarkasme dan kata-kata negatif di rumah
Nada bicara akan
menciptakan karakter sebuah keluarga. Jika Anda ingin rumah terlindungi dari
hal negatif, maka jangan mengeluarkan kata-kata negatif untuk memerintah.
Jadilah pemberi saran yang baik, bukan kritikus.
Ceritakan sejarah keluarga
Orangtua perlu
membentuk kestabilan emosi anak. Ceritakan tentang sejarah keluarga agar mereka
memiliki rasa, identitas, dan optimisme untuk mencapai masa depan yang baik.
Hal ini menyadarkan anak dari mana mereka berasal dan mereka tahu batasan dan
apa yang harus dilakukan.
Berdoa atau ibadah bersama
Kekuatan dasar iman
akan membentuk ketahanan yang kuat untuk menjalani hidup. Sehingga mereka tak
mudah goyah jika digoda pergaulan menyimpang.
Kekuatan Cinta Kasih
Tidak ada orang tua
yang sempurna, sehingga Anda pasti akan membuat kesalahan, tapi cinta memiliki
kekuatan untuk menutupi semua kesalahan. Cinta adalah tugas yang paling penting
dan hak istimewa sebagai orang tua.
No comments:
Post a Comment
Hindari Komentar yang mengandung Spam, P*rn* dan SARA.